Senin, 17 Maret 2014

Makalah biogeografi dan sosioantropologi Kab. Ciamis

KARAKTER BIOGEOGRAFI DAN SOSIOANTROPOLOGI KAB. CIAMIS

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Nama Anggota :
Diah Uswatun Hasana
Elga Afira
Gita Dewi Ratnasari
M. Taovik
Sanita Triksi Shepia
Kelas : XI IPA 4

SMA NEGERI 3 KUNINGAN
Jl. Siliwangi No.  Telp. (0232)Kuningan



KATA PENGANTAR


Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Illahi Robbi atas rahmat dan hidayahnya, kami telah dapat menyusun tugas makalah karakter biogeografi dan sosioantropologi Kab. Ciamis.
Meskipun  tugas makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dilihat dari segi penyusunan maupun dari segi isinya. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang bersifatnya memperbaiki tugas makalah ini untuk selanjutnya.
Semoga tugas makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca guna menambah wawasan tentang karakter biogeografi dan sosioantropologi Kab. Ciamis.


Kuningan,  Agustus 2013


 Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1  Standar Kompetensi ……………………………………………………….. iii
1.2  Kompetensi Dasar …………………………………………………………. iii
1.3  Indikator …………………………………………………………………… iii
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aspek luas wilayah dan letak Geografis …………………………………... 1
2.2 Aspek Topografi …………………………………………………………… 2
2.3 Aspek Iklim ………………………………………………………………... 2
2.4 Hidrologi …………………………………………………………………… 2
2.5 Aspek Populasi …………………………………………………………….. 3
2.6 Penggunaan Lahan ……………………………………………………….… 4
2.7 Kawasan Lindung ………………………………………………………….. 4
2.8 Flora dan Fauna ……………………………………………………………. 5
2.9 Sejarah Kab. Ciamis ……………………………………………………….. 6
2.10.       Obyek Wisata yang Ada di Kab. Ciamis ………………………………. 8
2.11.       Kebudayaan yang Ada di Kab. Ciamis ……………………………….. 14
2.12.       Hal-hal yang Perlu Di Berdayakan …………………………………… 21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 22
3.2 Saran …………………………………………………………………….. 22






BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Standar Kompetensi

Menganalisis karakteristik biogeografi dan sosioantropologi wilayah Kabupaten Ciamis.

1.2. Kompetensi Dasar

1. Mengamati kondisi karakteristik biogeografi dan sosioantropologi wilayah Kabupaten Ciamis.
2. Memahami karakteristik biogeografi dan sosioantropologi wilayah Kabupaten Ciamis.
3. Mengamati obyek wisata yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis.
4. Mengamati kebudayaan yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis.
5. Mengamati hal-hal yang perlu di berdayakan di wilayah Kabupaten Ciamis.

1.3. Indikator

1. Siswa mampu menjelaskan pengertian biogeografi, sosioantropologi dan mendeskipsikan kondisi wilayah Kabpuaten Ciamis.
2. Siswa mampu menyebutkan karakter biogeografi dan sosioantropologi Kabupaten Ciamis.
3. Siswa mampu menjelaskan dan menyebutkan obyek wisata yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis.
4. Siswa mampu menjelaskan dan menyebutkan kebudayaan yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis.
5. Siswa mampu menjelaskan dan menyebutkan hal-hal yang perlu di berdayakan di wilayah Kabupaten Ciamis.









BAB II PEMBAHASAN



2.1. Aspek   Luas Wilayah dan Letak Geografis

Kabupaten Ciamis mempunyai luas wilayah sekitar 244.479 Ha, secara geografis letaknya berada pada koordinat 1080 20’ sampai dengan  1080 40’ Bujur Timur dan 70 40’ 20” sampai dengan 70 41’ 20” Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
  • Sebelah Utara    :  Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan
  • Sebelah Barat    :  Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya
  • Sebelah Timur   :  Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar
  • Sebelah Selatan :  Samudera Indonesia dan Samudra Hindia

Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Ciamis berada pada posisi strategis yang dilalui jalan Nasional lintas Jawa Barat-Jawa Tengah dan jalan Provinsi lintas Ciamis-Cirebon-Jawa Tengah.

Dalam konteks pengembangan wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Ciamis mempunyai 2 (dua) Kawasan Andalan yaitu Kawasan Andalan Priangan Timur dengan arahan pengembangan untuk kegiatan pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, dan pariwisata serta Kawasan Andalan Pangandaran dengan kegiatan unggulan pengembangan kepariwisataan dan bisnis kelautan

Berikut merupakan data mengenai letak geografis Kabupaten Ciamis
  • Total Area               :  556.75 km2
  • Letak Astronomis     :  1080 20’ - 1080 40’ BT dan 70 40’ 20” - 70 41’ 20” LS












Berikut daftar kecamatan yang ada di kabupaten Ciamis :
 

  • Kecamatan Mangunjaya
  • Kecamatan Padaherang
  • Kecamatan Pamarican
  • Kecamatan Panawangan
  • Kecamatan Pangandaran
  • Kecamatan Panjalu
  • Kecamatan Pangandaran
  • Kecamatan Parigi
  • Kecamatan Purwadadi
  • Kecamatan Rajadesa
  • Kecamatan Rancah
  • Kecamatan Sadananya
  • Kecamatan Sidamulih
  • Kecamatan Singdangkasih
  • Kecamatan Sukadana
  • Kecamatan Sukamantri
  • Kecamatan Tambaksari
 

  • Kecamatan Banjarsari
  • Kecamatan Baregbeg
  • Kecamatan Ciamis
  • Kecamatan Cidolog
  • Kecamatan Cigugur
  • Kecamatan Cihaurbeuti
  • Kecamatan Cijengjing
  • Kecamatan Cijulang
  • Kecamatan Cikoneng
  • Kecamatan Cimaragas
  • Kecamatan Cimerak
  • Kecamatan Cipaku
  • Kecamatan Cisaga
  • Kecamatan Jatinegara
  • Kecamatan Kalipucang
  • Kecamatan Kawali
  • Kecamatan Lakbok
  • Kecamatan Langkaplancar
  • Kecamatan Lumbung


2.2. Aspek Topografi

Kabupaten Ciamis terletak pada lahan dengan keadaan morfologi datar - bergelombang sampai pegunungan. Kemiringan lereng berkisar antara 0 - >  40% dengan sebaran 0 - 2% terdapat di bagian tengah - timur laut ke selatan dan 2 - > 40% tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan. Jenis tanahnya didominasi oleh jenis latosol, podsolik, alluvial dan grumusol.

2.3. Aspek Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson, Kabupaten Ciamis  pada umumnya mempunyai tipe iklim C, dengan rata-rata curah hujan sekitar 2.987 mm/tahun dan suhu rata-rata antara 200 - 300 C.

2.4. Hidrologi

Wilayah Kabupaten Ciamis dialiri oleh sungai utama yaitu sungai Citanduy yang mengalir mulai dari Gunung Cakrabuana (hulu) di Kabupaten Tasikmalaya dan bermuara di Sagara Anakan Provinsi Jawa Tengah dengan anak-anak sungainya terdiri dari Cimuntur, Cijolang dan Ciseel. Di bagian selatan mengalir Sungai Cimedang dengan anak-anak sungainya terdiri dari sungai Cikondang, Cibegal, Cipaledang, Cibungur, Citatah I, Citatah II, Cigugur, Ciharuman, Cigembor, Cikuya, Cijengkol, Cimagung dan Cicondong.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy, sedangkan sisanya termasuk ke dalam DAS Cimedang. Wilayah Kabupaten Ciamis yang termasuk DAS Citanduy tersebut, terbagi kedalam Sub DAS Citanduy Hulu seluas 22.279,38 Ha, Sub DAS Ciseel seluas 77.421,08 Ha, Sub DAS Cimuntur seluas 55.163,06 Ha dan Sub DAS Cijolang seluas 18.665,99 Ha.
DAS Citanduy secara nasional dikategorikan sebagai DAS kritis dengan indikator kekritisan antara lain fluktuasi debit sungai, tingkat erosi dan sedimentasi yang cukup tinggi ( 5 juta ton/tahun terbawa oleh sungai Citanduy), serta produktivitas DAS yang relatif rendah.

2.5. Aspek Populasi

Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada Tahun 2008 tercatat 1.542.003 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 619 jiwa/Km2. Persebaran penduduk terkonsentrasi di wilayah yang relatif telah berkembang karena ketersediaan akses untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan. Penduduk dengan kepadatan rata-rata tinggi terdapat di Kecamatan Ciamis, Cikoneng, Kawali, Cihaurbeuti, Lumbung dan Baregbeg, sedangkan kecamatan lainnya mempunyai kepadatan penduduk yang relatif rendah.
Menurut struktur umurnya, penduduk Kabupaten Ciamis didominasi oleh kelompok usia produktif (15-64 tahun) mencapai 68,67 %, sisanya kelompok usia muda (0-14 tahun) mencapai 23,22 % dan usia tua (≥ 65 tahun) mencapai 7,54 %. Komposisi penduduk menurut kelompok umur sampai dengan Tahun 2014 diperkirakan tidak akan banyak berubah dengan kondisi saat ini.
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) selama 5 tahun relatif rendah yaitu rata-rata 0,41% per tahun, lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan Jawa Barat. Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana dilaksanakan melalui penurunan angka kelahiran dan menciptakan Norma Keluarga Kecil, Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Selama Tahun 2004-2008 jumlah peserta KB aktif mengalami peningkatan, dimana pada Tahun 2004 mencapai 73,73% meningkat menjadi 76,20% dari jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) pada Tahun 2008. Hal lain yang sangat penting adalah tingkat kemandirian ber-KB yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2004 tercatat peserta KB mandiri sebanyak 47,14% dari total peserta KB aktif, meningkat menjadi 53,58% pada Tahun 2008. Total Fertility Rate (TFR) yang menunjukkan angka rata-rata kemampuan wanita melahirkan anak selama usia reproduksinya pada kurun waktu Tahun 2004-2008 relatif tetap. TFR pada Tahun 2004 mencapai 2,02/1000 perempuan yang dapat melahirkan meningkat menjadi 2,04/1000 perempuan yang dapat melahirkan.
Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, penduduk Kabupaten Ciamis mempunyai tingkat pendidikan relatif rendah. Pada Tahun 2008 tercatat penduduk usia 15 tahun ke atas berpendidikan SD (50,88%), tidak tamat SD (15,48%), tidak sekolah (2,95%), SLTP (17,50%), SLTA (10,29%) dan Perguruan Tinggi (2,90%) (BPS, 2008). Penduduk usia tersebut yang bekerja di sektor pertanian mencapai 43,64%, industri 11,74%, bangunan 4,59%, perdagangan dan hotel/restoran 20,75%, jasa-jasa 12,45%, dan lainnya 6,83%.
Pelayanan administrasi kependudukan dilaksanakan melalui pembuatan akte kelahiran, KTP dan Kartu Keluarga yang cenderung semakin meningkat selama Tahun 2004-2008. Tercatat sebanyak 35.553 lembar Akte Kelahiran, 358.787 lembar KTP dan 233.737 lembar Kartu Keluarga yang telah dibuat pada Tahun 2008. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran penduduk akan pentingnya administrasi kependudukan semakin meningkat.
 Tantangan kependudukan dimasa depan adalah meningkatnya jumlah penduduk yang akan berimplikasi langsung terhadap berbagai hal seperti tata guna lahan, lapangan pekerjaan, fasilitas dan sarana pendidikan serta layanan kesehatan, dan lain-lain. Meskipun secara faktual, Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Ciamis selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan diproyeksikan kenaikannya relatif  tidak terlalu besar, namun demikian perlu upaya antisipatif yang lebih komprehensif agar kenaikan jumlah penduduk dapat diimbangi dengan ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan. Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah kemungkinan terjadinya persebaran penduduk yang tidak seimbang dan hanya terkonsentrasi di daerah perkotaan. 

2.6. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Ciamis pada Tahun 2007 adalah sebagai berikut :
  • Sawah                              : 51.688 Ha    (21,14%)
  • Pekarangan                       : 29.926 Ha    (12,24%)
  • Tegal/Kebun/ladang/huma   : 76.676 Ha    (31,36%)
  • Padang Rumput                 : 1.777 Ha     (0,73%)
  • Perkebunan Negara/Swasta  : 16.188 Ha    (6,62%)
  • Tambak                           : 43 Ha                   (0,02%)
  • Kolam                              : 2.716                   (1,11%)
  • Lain-Lain                           : 9.324                   (3,81%)

2.7. Kawasan Lindung

Kawasan lindung merupakan kawasan yang mempunyai fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan serta nilai-nilai sejarah dan budaya, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Jenis kawasan lindung yang ada di Kabupaten Ciamis terdiri dari  hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan sungai, sempadan situ, sempadan pantai, kawasan rawan bencana, cagar alam, suaka marga satwa, taman wisata alam dan kawasan cagar budaya.
Hutan lindung terdapat di Kecamatan Panumbangan, Cihaurbeuti, Cikoneng dan Panjalu dengan luas areal sekitar 12.637,51 Ha. Kawasan bergambut terdapat di Kecamatan Lakbok meliputi areal sekitar 120 Ha dengan ketebalan sekitar 3 meter berupa daratan dan sawah.
Kawasan resapan air banyak terdapat di wilayah Ciamis utara (Kecamatan Jatinagara, Rancah, Sukadana, Cijeungjing, Tambaksari, Cipaku, Kawali, Panjalu, Panawangan, Lumbung, Cihaurbeuti, Panumbangan, Sadananya dan Cikoneng). Sedangkan sempadan sungai terdapat hampir di seluruh kecamatan dengan sungai utama yaitu Sungai Citanduy dan Cimedang. Sempadan situ terdapat di Situ Lengkong Panjalu, sedangkan sempadan pantai terbentang sepanjang 91 km yang meliputi 6 kecamatan (Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih, Cijulang, Parigi dan Cimerak).
Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang perlu mendapat perhatian khusus. Kawasan rawan bencana longsor tersebar di Kecamatan Panawangan, Kawali, Cikoneng, Rajadesa, Jatinagara, Rancah dan Tambaksari; kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Pamarican, Banjarsari, Padaherang, Kalipucang, Lakbok dan Pangandaran; kawasan rawan  kekeringan di Kecamatan Langkaplancar dan Cigugur; serta kawasan rawan bencana gempa bumi/tsunami di Kecamatan Cimerak, Cijulang, Parigi, Sidamulih, Pangandaran dan Kalipucang.
Cagar alam terdapat di Pananjung Pangandaran seluas 419,3 Ha dan Panjalu seluas 16 Ha. Suaka Margasatwa terdapat di Gunung Sawal meliputi areal seluas 5.400 Ha. Taman Wisata Alam (TWA) darat dan laut terdapat di Pananjung - Pangandaran, sedangkan Cagar Budaya terdapat di Astana Gede Kawali seluas 5,5 Ha, Karangkamulyan - Cijeungjing seluas 24 Ha dan Kampung Kuta - Tambaksari seluas 17 Ha. Selain itu, Cagar Budaya juga terdapat di Kecamatan Ciamis berupa kawasan tempat disemayamkannya para Bupati Galuh pada masa lalu.

2.8. Flora dan Fauna

·        Flora

Jenis Pohon yang terdapat di Ciamis antara lain : Teureup (Artocarpus elasticus), Puspa (Schima walichii), Saninten (Castanopsis argantea), Pasang (Quercus sp), Kiara (Ficus sp) dan Jamuju (Podocarpus imbricatus). Sedangkan jenis pohon yang ada dalam hutan tanaman adalah Pinus (Pinus merkusii), Damar (Agathis lorantifolia), Mahoni (Switenia mahagoni), Rasamala (Altingia excelsea) dan Kaliandra (Caliandra sp.)

·        Fauna

Jenis satwa liar yang ada diantaranya dalah : Meong Congkok (Fellis bengalensis), Babi Hutan (Sus vitatus), Macan Kumbang (Panthera pardus), Kancil (Tragulus javanicus), Trenggiling (Manis javanicus), Kera (Macaca fascicularis), Bajing (Sciurus sp), Lutung (Tracyphitecus auratus), Macan tutul (Panthera pardus), Kijang (Muntiacus muntjak), Kalong (Pteropus vamyrus), Elang Lurik (Spilornia cheela), Saeran (Dicrurus leucophaeus) dan lain-lain.



Menurut sejarawan W.J Van der Meulen, Pusat Asli Daerah (kerajaan) Galuh, yaitu disekitar Kawali (Kabupaten Ciamis sekarang). Selanjutnya W.J Van der Meulen berpendapat bahwa kata "galuh", berasal dari kata "sakaloh" berarti "dari sungai asalnya", dan dalam lidah Banyumas menjadi "segaluh". Dalam Bahasa Sansekerta, kata "galu" menunjukkan sejenis permata, dan juga biasa dipergunakan untuk menyebut puteri raja (yang sedang memerintah) dan belum menikah.
Sebagaimana riwayat kota-kabupaten lain di Jawa Barat, sumber-sumber yang menceritakan asal-usul suatu daerah pada umumnya tergolong historiografi tradisional yang mengandung unsur-unsur mitos, dongeng atau legenda disamping unsur yang bersifat historis. Naskah-naskah ini antara lain Carios Wiwitan Raja-raja di Pulo Jawa, Wawacan Sajarah Galuh, dan juga naskah Sejarah Galuh bareng Galunggung, Ciung Wanara, Carita Waruga Guru, Sajarah Bogor. Naskah-naskah ini umumnya ditulis pada abad ke-18 hingga abad ke-19. Adapula naskah-naskah yang sezaman atau lebih mendekati zaman Kerajaan Galuh. Naskah-naskah tersebut, diantaranya Sanghyang Siksakanda ÔNg Karesian, ditulis tahun 1518, ketika Kerajaan Sunda masih ada dan Carita Parahyangan, ditulis tahun 1580.
Berdirinya Galuh sebagai kerajaan, menurut naskah-naskah kelompok pertama tidak terlepas dari tokoh Ratu Galuh sebagai Ratu Pertama. Dalam laporan yang ditulis Tim Peneliti Sejarah Galuh (1972), terdapat berbagai nama kerajaan sebagai berikut: Kerajaan Galuh Sindula (menurut sumber lain, Kerajaan Bojong Galuh) yang berlokasi di Lakbok dan beribukota Medang Gili (tahun 78 Masehi?); Kerajaan Galuh Rahyang berlokasi di Brebes dengan ibukota Medang Pangramesan; Galuh Kalangon berlokasi di Roban beribukota Medang Pangramesan; Galuh Lalean berlokasi di Cilacap beribukota di Medang Kamulan; Galuh Pataruman berlokasi di Banjarsari beribukota Banjar Pataruman; Galuh Kalingga berlokasi di Bojong beribukota Karangkamulyan; Galuh Tanduran berlokasi di Pananjung beribukota Bagolo; Galuh Kumara berlokasi di Tegal beribukota di Medangkamulyan; Galuh Pakuan beribukota di Kawali; Pajajaran berlokasi di Bogor beribukota Pakuan; Galuh Pataka berlokasi di Nanggalacah beribukota Pataka; Kabupaten Galuh Nagara Tengah berlokasi di Cineam beribukota Bojonglopang kemudian Gunungtanjung; Kabupaten Galuh Imbanagara berlokasi di Barunay (Pabuaran) beribukota di Imbanagara dan Kabupaten Galuh berlokasi di Cibatu beribukota di Ciamis (sejak tahun 1812).
Untuk penelitian secara historis, kapan Kerajaan Galuh didirikan, dapat dilacak dari sumber-sumber sezaman berupa prasasti. Ada prasasti yang memuat nama "Galuh", meskipun nama tanpa disertai penjelasan tentang lokasi dan waktunya. Dalam prasasti berangka tahun 910, Raja Balitung disebut sebagai "Rakai Galuh". Dalam Prasasti Siman berangka tahun 943, disebutkan bahwa "kadatwan rahyangta I mdang I bhumi mataram ingwatu galuh". Kemudian dalam sebuah Piagam Calcutta disebutkan bahwa para musuh penyerang Airlangga lari ke Galuh dan Barat, mereka dimusnahkan pada tahun 1031 Masehi. Dalam beberapa prasasti di Jawa Timur dan dalam Kitab Pararaton (diperkirakan ditulis pada abad ke-15), disebutkan sebuah tempat bernama "Hujung Galuh" yang terletak di tepi sungai Brantas. Nama Galuh sebagai ibukota disebut berkali-kali dalam naskah sebuah prasasti berangka tahun 732, ditemukan di halaman Percandian Gunung Wukir di Dukuh Canggal (dekat Muntilan sekarang).
Pada bagian carita Parahyangan, disebutkan bahwa Prabu Maharaja berkedudukan di Kawali. Setelah menjadi raja selama tujuh tahun, pergi ke Jawa terjadilah perang di Majapahit. Dari sumber lain diketahui bahwa Prabu Hayam Wuruk, yang baru naik tahta pada tahun 1350, meminta Puteri Prabu Maharaja untuk menjadi isterinya. Hanya saja, konon, Patih Gajah Mada menghendaki Puteri itu menjadi upeti. Raja Sunda tidak menerima sikap arogan Majapahit ini dan memilih berperang hingga gugur dalam peperangan di Bubat. Puteranya yang bernama Niskala Wastu Kancana waktu itu masih kecil. Oleh karena itu kerajaan dipegang Hyang Bunisora beberapa waktu sebelum akhirnya diserahkan kepada Niskala Wastu Kancana ketika sudah dewasa. Keterangan mengenai Niskala Wastu Kancana, dapat diperjelas dengan bukti berupa Prasasti Kawali dan Prasasti Batutulis serta Kebantenan.
Pada tahun 1595, Galuh jatuh ke tangan Senapati dari Mataram. Invasi Mataram ke Galuh semakin diperkuat pada masa Sultan Agung. Penguasa Galuh, Adipati Panaekan, diangkat menjadi Wedana Mataram dan cacah sebanyak 960 orang. Ketika Mataram merencanakan serangan terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628, massa Mataram di Priangan bersilang pendapat. Rangga Gempol I dari Sumedang misalnya, menginginkan pertahanan diperkuat dahulu, sedangkan Dipati Ukur dari Tatar Ukur, menginginkan serangan segera dilakukan. Pertentangan terjadi juga di Galuh antara Adipati Panaekan dengan adik iparnya Dipati Kertabumi, Bupati di Bojonglopang, anak Prabu Dimuntur keturunan Geusan Ulun dari Sumedang. Dalam perselisihan tersebut Adipati Panaekan terbunuh tahun 1625. Ia kemudian diganti puteranya Mas Dipati Imbanagara yang berkedudukan di Garatengah (Cineam sekarang).
Pada masa Dipati Imbanagara, ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan dari Garatengah (Cineam) ke Calingcing. Tetapi tidak lama kemudian dipindahkan ke Bendanagara (Panyingkiran). Pada Tahun 1693, Bupati Sutadinata diangkat VOC sebagai Bupati Galuh menggantikan Angganaya. Pada tahun 1706, ia digantikan pula oleh Kusumadinata I (1706-1727).
Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan R.A.A. Kusumadiningrat menjadi Bupati Galuh, pemerintah kolonial sedang giat-giatnya melaksanakan tanam paksa. Rakyat yang ada di Wilayah Galuh, disamping dipaksa menanam kopi juga menanam nila. Untuk meringankan beban yang harus ditanggung rakyat, R.A.A. Kusumadiningrat yang dikenal sebagai "Kangjeng Perbu" oleh rakyatnya, membangun saluran air dan dam-dam untuk mengairi daerah pesawahan. Sejak Tahun 1853, Kangjeng Perbu tinggal di kediaman yang dinamai Keraton Selagangga.
Antara tahun 1859-1877, dilakukan pembangunan gedung di ibu kota kabupaten. Disamping itu perhatiannya terhadap pendidikan pun sangat besar pula. Kangjeng Perbu memerintah hingga tahun 1886, dan jabatannya diwariskan kepada puteranya yaitu Raden Adipati Aria Kusumasubrata.
Pada tahun 1915, Kabupaten Galuh dimasukkan ke Keresidenan Priangan, dan secara resmi namanya diganti menjadi Kabupaten Ciamis.
2.9. Tempat Wisata Di Kabupaten Ciamis
·        Pantai Pangandaran


Objek wisata yang merupakan primadona pantai di Jawa Barat ini terletak di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran dengan jarak ± 92 km arah selatan kota Ciamis.

·        Cukang Taneuh ( Green Canyon)


 
Jika merasa terlalu jauh berkunjung ke Grand Canyon yang ada di Amerika sana, sekarang Anda tidak perlu terlalu kecewa lagi. Indonesia ternyata juga memiliki Green Canyon sendiri yang tak kalah cantiknya.




·        Pantai Batu Karas



Pantai Batu Karas adalah sebuah pantai yang menjadi tujuan utama para wisata di daerah pangandaran, Ciamis, Jawa Barat.Objek wisata yang satu ini merupakan perpaduan nuansa alam antara objek wisata Pangandaran dan Pantai Batu Hiu dengan suasana alam yang tenang, gelombang laut yang bersahabat juga pantainya yang landai membuat pengunjung betah.

·        Pantai Batu Hiu

Pantai Batu Hiu merupakan salah satu tempat pariwisata yang berada di kota Ciamis. Batu hiu berjarak sekitar 14 km dari pangandaran sebagai objek wisata pilihan ketika anda datang ke Pangandaran. Pantai ini berada di Desa Ciliang Kecamatan Parigi, kurang lebih 14 km dari Pangandaran ke arah Selatan. Memiliki panorama alam yang sangat indah. Dari atas bukit kecil yang ditumbuhi pohon-pohon Pandan Wong, kita menyaksikan birunya Samudra Indonesia dengan deburan ombaknya yang menggulung putih.






·        Pantai Madasari

Terletak di Dusun Madasari Desa Masawah Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis, sekitar 40 km dari Pantai Pangandaran, atau sekitar 10 km dari Pantai Batukaras.Meupakan obyek wisata yang masih perawan.

·        Pantai Karang Tirta


Objek wisata ini terletak di Desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih ke arah Batu Hiu belok kiri. Di objek wisata ini pengunjung selain dapat menikmati keindahan alam juga melakukan rekreasi berupa bersampan,memancing dan berkemah.












·         Pangandaran Waterpark



Pangandaran Waterpark adalah tempat wisata terpopuler di Kabupaten Ciamis,dimana lokasi objek wisata ini terletak sebelah timur jawa barat. Pantai ini dinobatkan sebagai pantai terbaik di Pulau Jawa menurut AsiaRooms. Selain dengan keindahan pantainya, paantai Pangandaran juga memiliki beberapa keistimewaan lainnya.

·        Citumang Pangandaran


Obyek wisata alam Citumang merupakan obyek wisata yang memiliki daya tarik khusus, yaitu sungai Citumang yang mengalir membelah hutan jati dengan airnya yang bening kebiruan. Tepian sungai yang terdiri dari ornamen.









·         Pantai Karapyak


Ada sejumlah objek wisata pantai di Kabupaten Ciamis selain Pantai Pangandaran dan Pantai Batu Hiu. Namun pantai ini sangat jarang diperhatikan masyarakat apalagi pemerintah.

·        Saung Muara


Satu lagi objek atau tempat wisata di Pangandaran yang menjadi tujuan wisata favorit warga lokal populer dengan nama Saung Muara, berada di ujung dari jalan Pamugaran dan bisa di tempuh juga melalui pintu masuk objek wisata.

·        Pantai Karang Nini


Pantai Karang Nini adalah kawasan perpaduan antara hutan dan pantai yang berbasatan Samudra Indonesia, dengan pemandangan yang indah serta hamparan hutan jati yang luas dan rimba yang masih alami. Selain itu di kawasan ini juga terdapat daya tarik wisata lain seperti Mata Air Sumur Tujuh yang dipercaya dapat membuat awet muda, juga aquarium alam di muara Cipangbokongan yang sangat menarik di saat air laut surut, di mana para pengunjung dapat melihat berbagai jenis ikan hias yang terjebak di relung-relung terumbu.

·        Pantai Keusik Luhur

Merupakan perpaduan antara alam pegunungan dengan panorama pantai. Dari sebuah bukit kita bisa menyaksikan bergeloranya samudra Indonesia dengan gelombang laut selatan menghempas karang, sehingga buih-buih putih birunya laut.
·        Karangkamulyan ini terletak Kecamatan Cijeungjing, 16 km sebelah timur Ciamis. Jejak peninggalan legenda Ciung Wanara, anak Sanghyang Permanadikusumah.
·        Goa Donan merupakan sebuah goa yang berada di Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang, sekitar 72 km dari Ciamis. Sebuah gua alam sepanjang 500 meter, dengan lorong yang lebar dan bentuk karang yang unik.
·        Curug Tujuh Cibolang merupakan sebuah objek Wisata yang terletak di Desa Sandingtaman Kecamatan Panjalu, sekitar 35 km dari Ciamis arah ke utara.
·        Citumang ini terletak di Desa Bojong, Parigi, 13 km sebelah timur Pangandaran, dengan aliran sungai yang keluar dari goa yang jatuh membentuk curug; di balik curug ada goa lain yang cukup panjang.
·        Cagar Alam Pananjung ini berada di Desa Pananjung Pangandaran dengan koleksi flora fauna langka, gua alam, Gua Jepang, mata air Rengganis dan Pantai Pasir Putih.




2.10. KEBUDAYAAN YANG ADA DI KAB. CIAMIS
·        Ronggeng Gunung
Sejarah  dan Perkembangan Ronggeng Gunung
Menurut seorang seniman Ciamis, Rachmayati Nilakusumah atau yang lebih akrab dengan panggilan Teh Eneng Godi, Ronggeng Gunung merupakan seni tari asli Kabupaten Ciamis, tepatnya berasal dari desa Ciulu, kecamatan Banjarsari. Asal mula terciptanya tarian ini berawal dari cerita mengenai Kian Santang yang merupakan tokoh agama Islam yang berkehendak untuk menyebarkan Islam di desa tersebut. Kian Santang menjelaskan bahwa syarat utama untuk dapat masuk Islam ialah dengan mengucap dua kalimat syahadat dan khitan bagi laki-laki.
Konon, seluruh warga setempat menerima dengan baik ajaran yang disampaikan oleh Kian Santang, baik mengenai syahadat maupun khitan. Namun, ketika khitan pertama kali dilakukan, terdapat kesalahan karena ketidaktahuan orang yang disuruh mengkhitannya, sehingga menimbulkan korban meninggal. Diceritakan, korban yang meninggal tersebut merupakan seorang anak laki-laki yang berparas rupawan dan banyak menarik perhatian gadis-gadis desa. Dan salah satu dari mereka ketika mengetahui bahwa anak laki-laki itu meninggal, dia langsung memangku mayat anak laki-laki itu sambil menangis. Sedangkan, warga-warga lainnya berusaha untuk meninggalkan desa dan pergi ke gunung, karena merasa takut anak lelaki mereka menjadi korban meninggal khitanan selanjutnya.
Selagi sang gadis menangisi jenazah tersebut yang sudah mulai membusuk, seorang Kyai yang telah dianggap sebagai sesepuh oleh warga setempat, mendengar bahwa tangisan sang gadis bukanlah tangisan biasa. Yang terdengar ialah sebuah lantunan syair yang terbalut dalam sebuah melodi, sehingga terdengar seperti sebuah lagu.
Di satu sisi, Kian Santang mencoba untuk mengembalikan kepercayaan warga setempat untuk melakukan khitanan bagi anak laki-lakinya. Dan mereka pun mencoba untuk melakukan tradisi khitan yang kedua kalinya, tentu saja, khitanan yang kedua ini berhasil dilakukan. Untuk merayakan keberhasilan khitan yang kedua dan juga untuk menghibur anak laki-laki yang dikhitan tersebut, Kian Santang dan Kyai sesepuh mereka memerintahkan agar si gadis yang sedang menangisi mayat korban meninggal itu dipanggil dan disuruh untuk menghibur dengan lagu-lagunya. Salah satu lagu yang dinyanyikan secara spontan ialah lagu yang berjudul “Manangis”, yang potongan liriknya sebagai berikut:
         Ka mana boboko suling
         Teu kadeuleu-deuleu deui
        Ka mana kabogoh kuring
         Teu Kadeulu datang deui
Suara dan nyanyian sang  gadis desa tersebut menarik hati beberapa pria yang menyaksikannya menyanyi, dan mereka pun mengapresiasikan kesukaan mereka dengan ikut menari dan membentuk formasi lingkaran, melingkari sang gadis desa. Mereka menari dengan satu irama, dan lebih menyelaraskan gerakan kaki mereka dibandingkan dengan gerakan tangan mereka.
Dari cerita itulah, maka muncul sebuah seni tari yang diberi nama Ronggeng Gunung. Dan, potongan lirik lagu di atas merupakan salah satu contoh dari banyak sekali lagu-lagu yang dinyanyikan oleh seorang wanita yang sekarang dikenal dengan sebutan “Ronggeng”. (Wawancara:23 Agustus 2011)
Namun, seiring dengan perkembangan waktu, seni Ronggeng Gunung mengalami kemunduran eksistensinya. Semakin lama, apresiasi yang diterima oleh Ronggeng Gunung semakin rendah. Bahkan hanya untuk sekedar mengenal saja, masyarakat Ciamis seolah-olah merasa enggan karena Ronggeng Gunung kerap kali dianggap sebagai seni yang masih kuno. Padahal sebenarnya Ronggeng Gunung memiliki banyak sekali potensi yang dapat dikembangkan sebagai pendukung perwujudan strategi pembangunan Kabupaten Ciamis.
Dilihat dari sejarah asal mula terciptanya Ronggeng Gunung, tarian ini merupakan kesenian yang mengandung banyak sekali makna, selain makna hiburan yang memang telah menjadi dasar terbentuknya sebuah tarian Ronggeng Gunung. Makna-makna lain, seperti halnya nilai keagamaan yang kuat sekali terkandung dalam cerita Ronggeng Gunung, dan juga nilai kebersamaan yang merupakan tujuan yang hendak dicapai jika dilihat dari sejarahnya. Nilai keagamaan itu dapat dilihat dan dirasakan ketika diulas kembali cerita Ronggeng Gunung yang telah dipaparkan di atas, mengenai persyaratan masuk agama Islam, norma-norma dalam agama Islam dan lain sebagainya.
Unsur keagamaan yang terkandung juga dapat dilihat dari peraturan-peraturan yang mengikat dalam pertunjukan seni tari ini. Seperti misalnya, aturan yang melarang para penari laki-laki yang menari mengelilingi sang Ronggeng untuk mendekat, mengganggu atau bahkan menyentuh  sang Ronggeng yang berada dalam lingkaran penari laki-laki tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Ronggeng Gunung tetap mempertahankan dan mengutamakan nilai keagamaan, karena di dalam agama Islam, seorang laki-laki harus menghormati, menjaga dan melindungi kehormatan seorang wanita.
Selain itu, gerakan tarian Ronggeng Gunung tidak sama seperti gerakan seni tari lainnya. Tarian yang dipertunjukan dalam Ronggeng Gunung ini hanya berupa gerakan kaki yang sederhana dan tidak berlebihan. Hal ini ditujukan untuk menjauhkan pandangan negatif terhadap seni tari ronggeng yang kerap kali menganggap bahwa seni tari ronggeng itu identik dengan keerotisannya.
·        Acara Nyangku

Asal-usul Upacara Adat Sakral Nyangku

Dalam upacara sakral Nyangku, Museum Bumi Alit dan Situ Lengkong, satu sama lain saling berhubungan. Ketiga-tiganya merupakan tonggak sejarah terjadinya pergeseran keadaan sejarah Panjalu Lama ke Panjalu Baru. Upacara adat sakral Nyangku juga merupakan peninggalan raja-raja Panjalu yang sekarang masih ada.
Upacara adat sakral Nyangku pada jaman dahulu merupakan suatu misi yang agung, yaitu salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam agar rakyat Panjalu memeluk agama Islam. Upacara adat sakral Nyangku biasanya dilaksanakan setiap tahun satu kali yaitu pada bulan Robiul Awal (Maulud) pada minggu terakhir hari Senin dan Jum’at.
Istilah Nyangku berasal dari bahasa Arab yaitu “Yanko”, yang artinya membersihkan. Karena salah mengucapkan orang Sunda maka menjadi “Nyangku”. Upacara adat sakral Nyangku adalah upacara membersihkan benda-benda pusaka peninggalan para leluhur Panjalu.
Tujuan dari upacara adat sakral Nyangku adalah untuk merawat benda-benda pusaka supaya awet dengan tata cara tersendiri sebagai tradisi atau adat. Namun hakikat dari upacara adat sakral Nyangku adalah membersihkan dari segala sesuatu yang dilarang oleh agama. Selain merawat benda-benda pusaka upacara adat sakral Nyangku juga bertujuan untuk memperingati maulud Nabi Muhammad SAW dan mempererat tali persaudaraan keturunan Panjalu.

Pelaksanaan Upacara Adat Sakral Nyangku
Penyelenggaraan upacara adat sakral nyangku dilaksananak oleh para sesepuh Panjalu, unsur pemerintah desa, instansi-instansi  yang terkait, LKMD, tokoh masyarakat, dan para Kuncen. Jalannya upacara adat sakral Nyangku dikoordinir oleh Yayasan Noros Ngora dan desa.
Sebagai persiapan upacara adat sakral Nyangku, semua keluarga keturunan Panjalu menjelang maulud Nabi Muhammad Saw biasanya jaman dulu suka menyediakan beras sebagai bahan sesajen untuk membuat tumpeng. Beras tersebut harus dikupas dengan tangan dari tanggal satu Maulud sampai dengan satu hari sebelum pelaksanaan upacara Nyangku. Selanjutnya para warga keturunan Panjalu mengunjungi makan raja-raja Panjalu untuk berziarah dan memberitahukan upacara kepada kuncen-kuncen para leluhur Panjalu.
Kemudian dilakukan pengambilan air untuk membersihkan benda-benda pusaka dari tujuh sumber mata air: 1. Mata air Situ Lengkong, 2. Karantenan, 3. Kapunduhan, 4. Cipanjalu, 5. Kubangkelong, 6. Pasanggrahan dan 7. Kulah Bongbang Kancana. Pengambilan air dilakukan oleh kuncen Bumi Alit atau petugas yang ditunjuk. Keperluan lain yang diperlukan dalam upacara adalah sesajen yang terdiri dari tujuah macam dan ditambah umbi-umbian, ke tujuh macam itu adalah: 1. ayam panggang, 2. tumpeng nasi merah, 3. tumpeng nasi kuning, 4. ikan dari Situ Lengkong, 5. sayur daun kelor, 6. telur ayam kampung dan 7. umbi-umbian. Selain itu juga ditambah tujuah macam minuman yaitu : 1. kopi pahit, 2. kopi manis, 3. air putih, 4. air teh, 5. air mawar, 6. air bajigur, dan 7. rujak pisang. Perlengkapan yang lain yang diperlukan dalam upacara adalah sembilan payung dan kesenian Gemyung untuk mengiringi jalannya upacara.
Sebelum upacara adat sakral Nyangku dilaksanakan, pada malam harinya diadakan suatu acara Mauludan untuk memperingati kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh para sesepuh Panjalu serta masyarakat yang datang dari berbagai penjuru dengan susunan acara biasanya:
1.      Pembuka,
2.      Pembacaan ayat suci Alqur’an diteruskan dengan tawasul dan membaca berzanzi,
3.      Penjelasan atau riwayat singkat pelaksanaan Nyangku oleh ketua Yayasan Boros ngora yaitu Bapak H. Atong Cakradinata,
4.   Sambutan-sambutan :
v Wakil dari pemerintah daerah
v Sesepuh Panjalu
v Kasi kebudayaan Depdiknas Kabupaten Ciamis
v Uraian Maulid Nabi.
v Do’a dan tutup dilanjutkan dengan acara kesenian Gemyung yang dilaksanakan semalam suntuk sampai pukul 03.00.
Pada pagi harinya dengan berpakaian adat kerajaan, para sesepuh Panjalu dan keluarga besar Yayasan Borosngora berjalan beriringan menuju Bumi alit, tempat benda-benda pusaka disimpan. Kemudian dibacakan puji-pujian dan sholawat Nabi Muhammad SAW, kemudian benda pusaka yang sudah dibungkus dengan kain putih mulai  disiapkan untuk segera diarak menuju tempat pembersihan.
Perjalanannya dikawal oleh  peserta upacara adat serta diiringi dengan musik gemyung dan bacaan sholawat Nabi. Benda-benda pusaka diarak kurang lebih sejauh1 Km menuju Nusa Gede Situ Lengkong. Pada upacara Nyangku selain diiringi oleh musik gemyung juga didiringi oleh upacara adat. Barisan pembawa bendera umbul-umbul, penabuh gemyung dan barisan para sesepuh Panjalu berjalan beriringan dengan para pembawa bendera pusaka.
Kemudian setelah sampai di Situ Lengkong dengan perahu mereka menuju Nusa Gede dengan dikawal oleh perahu sebanyak 20 buah, kemudian diarak kembali menuju bangunan kecil yang ada di Nusa gedeberupa bangku yang beralaaskan kasur yang khusus dibuat untuk upacara Nyangku. Benda-benda pusaka kemudian disimpan di atas kasur tersebut dan satu persatu mulai dibuka bungkusnya lalu diperlihatkan kepada pengunjung sambil dibacakan riwayatnya oleh H. Atong Cakradinata. Setelah itu benda-benda pusaka mulai dibersihkan  dengan air dari tujuh sumber memakai jeruk mipis. Yang pertama kali dibersihkan adalah pedang Sanghyang Boros Ngora. Setelah selesai dicuci lalu dioles minyak kelapa yang dibuat khusus lalu dibungkus dengan cara melilitkan zanur (daun Kelapa muda) kemudian dibungkus kembali dengan kain putih  yang terdiri dari tujuh lapis, kemudian memakai tali dari benang boeh dan  dikeringkan dengan asap kemenyan, setelah itu disimpan kembali di Bumi alit.
Pelaksanaan upacara adat sakral Nyangku tidak selamanya dilaksanakan di balai desa atau di alun-alun tergantung situasi dan kondisi. Namun walaupun dilaksanakan di balai desa atau di alun-alun tetapi tidak mengurangi kesakralannya. Kadang-kadang sebelum rombongan datang ke bale desa, diadakan penjemputan dengan karesmen adat seolah-olah yang datang itu calon pengantin pria dan diramaikan oleh berbagai kesenian diluar kesenian Gemyung. Bahkan di alun-alun seminggu sebelum hari H, Nyangku sudah ada kegiatan pasar malam.
Benda-benda yang dibersihkan pada upacara adat sakral Nyangku adalah diantaranya sebagai berikut:
1.      Pedang sebagai senjata pembela diri dalam rangka menyebarkan agama Islam.
2.      Cis sebagai senjata pembela dalam rangka menyebarkan agama Islam
3.      Kujang bekas membelah belanga yang menutupi kepala Bombang Kancana.
4.      Keris komando senjat bekas para raja Panjalu sebagai tongkat komando.
5.      Keris pegangan para Bupati Panjalu.
6.      Pancaworo senjata perang
7.      Bangreng merupakan senjata perang
8.      Gong kecil alat  untuk mengumpulkan rakyat dimasa yang dulu
9.      Semua Benda Pusaka yang ada di keluarga Yayasan Borosngora dan benda pusaka yang ada dimasyarakat Panjalu.
·        Bumi Alit

Bumi Alit merupakan suatu bangunan tempat penyimpanan benda-benda pusaka kerajan  sewaktu Kerajaan Panjalu  berdiri sampai sekarang. Letak Bumi Alit tidak jauh dari Situ Lengkong, tempatnya terletak dekat terminal Panjalu. Bumi Alit yaitu suatubangunan kecil yang ditempatkan pada suatu tempat yang diberi nama “Pasucian”. Nama pasucian diberikan oleh pendirinya yaitu seorang Raja Panjalu yang bernama Prabu Sanghyang Boros Ngora atau Syeh Haji Dul Imam, yang merupakan Raja Panjalu yang memeluk agama Islam. Bumi Alit atau pasucian pada awalnya terletak di Buni Sakti, kemudian dipindahkan ke Desa Panjalu oleh Prabu Sanghyang Boros Ngora bersamabenda-benda pusaka Kerajaan Panjalu.
Bentuk Bumi Alit yang lama masih berbentuk tradisional,  tenmpatnya masih berupa tanaman lumut yang dibatasi oleh batu-batu besar. Sedangkan disekelilingnya dipagari oleh tanaman waregu, di tengah tanaman itu berdiri bangunan  Bumi alit yang berukuran besar. Bangunan yang dulu terbuat dari kayu, bambu dan ijuk, bawahnya bertiang tinggi, badan bangunan berdinding bilik sedangkan atapnya dari suhunan ijuk berbentuk pelana. Ujung bungbung  menciut berujung runcing dan ditutup dengan papan kayu berukir. Pada sisi bagian barat terdapat pintu kecil yang depannya terdapat tangga kayu yang kuat dari kayu balok tebal.
Bumi Alit yang sekarang ini adalah hasil dari pemugaran pada tahun 1955 yang dilaksanakan oleh warga Panjalu dan sesepuh Panjalu yang bernama R.H. Sewaka, Alm. Sedangkan bentuk bangunan Musium Bumi Alit yang sekarang ini adalah campuran bentuk modern dengan bentuk masjid jaman dahhulu yang beratapkan  susun tiga. Pintu masuk ke Musium Bumi alit terdapat patung ular bermahkota dan dipintu gerbang atau gapura terdapat patung kepala gajah. Pemeliharaan Musium Bumi Alit dilakukan oleh pemerintah desa Panjalu  dibawah pengawasan Departemen  pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Ciamis.

·        Siloka

Berbicara tentang siloka memang orang-orang jaman dahhulu sering segala sesuatu  pepatah dinyatakan dengan siloka.
Contoh:
  • Ø Gayung Bungbas adalah siloka diri manusia seperti Rusa/Gayung Bungbas. Bila pagi-pagi diisi  makanan, sorenya akan kosong. Ia (terbuang airnya) dan akan minta diisi lagi. Bila hidup hanya untuk makan/memuaskan nafsu tidak akan ada puasnya, manusia jadi rakus dan kosong tiada arti. Agar hidup jadi berarti, orang mesti beragama, beriman, berilmu, beramal baik/beramal soleh.
  • Ø Gayung Bungbas dapat penuh dengan air zamzam, berarti isilah diri dengan agama/kesucian.
  • Ø Gayung Bungbas dapat penuh dengan air zamzam, berarti isilah diri dengan agama/kesucian.
  • Ø Situ Lengkong yang berasal dari air zamzam, dijadikan Benteng keraton, mengandung siloka yang berarti: “Tiada penangkal hidup yang baik, kecuali kesucian, yaitu suci di dalam hati, suci dalam ucap, suci dalam perbuatan dan suci dalam makanan dan pakaian”.
2.10.    Hal-hal yang Perlu Di Berdayakan

·        Seharusnya pejabat yang ada di kabupaten ciamis bisa mengelola potensi perekonomian dengan baik agar sarana dan prasarana desa-desa yang tertinggal bisa mendapatkan sarana dan prasarana layak seperti di daerah-daerah yang berada di pusat ciamis itu sendiri. Salah satu upayanya adalah memberikan peran lebih kepada masyarakat sekitar hutan. Termasuk di dalamnya adalah upaya untuk meningkatkan taraf perekonomian. Misalnya dengan pelatihan pengolahan hasil bumi.
·        Masjid yang selama ini hanya dijadikan tempat beribadah kepada Alloh perlu lebih diberdayakan. Masjid harus memerankan fungsi sosial, budaya, pendidikan, ekonomi dan lainnya.
·        Mengenai kondisi jalan raya yang rusak dan sangat buruk di daerah Kecamatan Lakbok yang notabene secara administrasi merupakan wilayah Kabupaten Ciamis, wilayah yang merupakan Karesidenan Kota Banjar ini sebaiknya harus ada pembenahan dari segala sisi. Baik itu infrastruktur jalan maupun irigasi berkelanjutan yang harus mendapat tanggapan secara serius dari pemerintah Kabupaten Ciamis.









BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
         
Dari materi di atas dapat di simpulkan bahwa di wilayah Jawa Barat khususnya di wilayah Kabupaten Ciamis banyak sekali fenomena-fenomena yang tidak ketahui, dimulai dari kebudayaan, obyek wisata, bahkan hal-hal yang memprihatinkan yang sama sekali tidak kita ketahui. Di wilayah Jawa Barat memang kaya akan keindahan alamnya sampe keindahan para penghuninya. Wilayah Kabupaten Ciamis juga sangat banyak terdapat kebudayaan hingga obyek wisata yang berbaur mistik yang sangat menggoda para wisatawan untuk mengunjungi semua tempat itu dan mencari tahu informasi akan humor-humor tersebut.


3.2. Saran
            Sebaiknya semua kebudayaan, obyek wisata yang ada di Kabupaten Ciamis tetap dikembangkan dan dilestarikan sebaik mungkin agar kelak bisa membantu sumber daya pendapatan Pemerintah maupun Warganya agar bisa hidup makmur dan sejahtera. Dan juga sebaiknya pembangunan sarana dan prasarana ditangani dan dibenahi agar semua pelosok-pelosok bisa merasakan fasilitas yang memadai seperti daerah yang lainnya. Agar mereka juga tidak tertinggal baik dalam keadaan perekonomian, komunikasi ataupun pembangunan. Semuanya harus tetap dijaga dan dilestarikan baik Sumber Daya, lingkungan alamnya, hingga penduduknya.


2 komentar:

  1. IJIN DOWNLOAD. MAKASIH BANYAK YO

    BalasHapus
  2. How to win at a Baccarat table - Wolverione
    How to win at a Baccarat table? 제왕 카지노 So if a team wins by two, they are the first to place 1xbet a single bet, and then in worrione some places you are able to add that up.

    BalasHapus